MELAWAN LUPA
Allah berfirman :
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya" (QS Al-'Adiyaat : 6)
Al-Hasan rahimahullah berkata :
هُوَ الَّذِي يَعُدُّ الْمَصَائِبَ، وَيَنْسَى نِعَمَ رَبِّهِ.
Yaitu orang yang menghitung-hitung musibah (yang sedikit-pen) dan
melupakan kenikmatan-kenikmatan Robnya (yg telah banyak diberikan
kepadanya-pen) (Tafsir Ibnu Katsir 8/467)
Akan terlihat hakikat
kita sesungguhnya tatkala kita ditimpa musibah, apakah kita termasuk
كَنُوْد (ingkar) ? Atau termasuk sabar (yang tidak lupa dengan
karunia-karunia Allah sehingga menjadikan kita lebih sabar dalam
menerima keputusan Allah)?
Musibah yang menimpa kita hanyalah
sesekali, sementara kenikmatan terus tercurah kepada kita tiada hentinya
dengan berbagai macam modelnya. Namun demikianlah karena kurang kuatnya
iman sebagian kita sehingga tatkala terkena musibah yang diingat-ingat
hanyalah beratnya musibah tersebut, sementara anugerah dan karunia Allah
terlupakan…
Contoh kecil :
- Ada yang mobilnya
mogok, maka iapun mengeluh sejadi-jadinya, ia lupa bahwa mobilnya mogok
hanya sekali-sekali, selama ini sekian ribu kilo meter mobilnya jalan
dengan baik tanpa halangan.
- Ada yang uangnya hilang,
iapun marah dan mengeluh, padahal selama ini uang yang Allah berikan
kepadanya tidak pernah hilang, namun ini semua terlupakan, yang diingat
hanya uangnya yang hilang tersebut.
- Ada yang tubuhnya
sakit, lalu iapun mengeluh dan tidak sabar, padahal puluhan tahun Allah
menjadikan tubuhnya sehat, lantas apakah sakit yang sebentar tersebut
membuatnya lupa dengan kesehatan puluhan tahun lamanya?
-
Ada yang mengalami kegagalan, maka iapun marah, padahal kegagalan
tersebut hanya sesekali, dan bisa jadi sekali saja. Sementara kemudahan
dan keberhasilan sudah sering ia raih, namun terlupakan karena kegagalan
tersebut.
- Yang lebih berat, adalah ada yang anaknya
meninggal karena sakit atau sebab yang lainnya. Maka iapun meronta dan
menangis sejadi-jadinya dengan mengangkat suara, seakan-akan protes
dengan keputusan Allah. Ia lupa bahwasanya Allah telah banyak memberikan
kepadanya banyak anak, dan yang lainnya dalam kondisi sehat wal afiyat.
Jika kita terkena musibah maka berusahalah mengingat kebaikan-kebaikan
Allah kepada kita, sehingga hal ini akan meringankan beban musibah kita
dan kita tetap berhusnuzon (berbaik sangka) kepada Allah.
As-Suddiy rahimahullah berkata :
تَسَاقَطَ لَحْمُ أَيُّوْبَ حَتَّى لَمْ يَبْقَ إِلاَّ الْعَصبُ
وَالْعِظَامُ، فَكَانَتْ امْرَأَتُهُ تَقُوْمُ عَلَيْهِ وَتَأْتِيْهِ
بِالزَّادِ يَكُوْنُ فِيْهِ، فَقَالَتْ لَهُ امْرَأَتُهُ لَمَّا طَالَ
وَجْعُهُ: يَا أَيُّوْبُ، لَوْ دَعَوْتَ رَبَّكَ يُفَرِّجُ عَنْكَ؟
فَقَالَ: قَدْ عِشْتُ سَبْعِيْنَ سَنَةً صَحِيْحًا، فَهَلْ قَلِيْلٌ للهِ
أَنْ أَصْبِرَ لَهُ سَبْعين سنة؟
"Daging nabi Ayub berjatuhan
(karena sakit parah) maka tidak tersisa di tubuhnya kecuali urat dan
tulang. Istrinya mengurusnya dan membawakan makanan diletakan di sisi
nabi Ayub. Maka istrinya berkata tatkala lama sakitnya nabi Ayub :
"Wahai Ayub, kenapa engkau tidak berdoa kepada Robmu untuk menghilangkan
sakitmu?" Maka nabi Ayub 'alaihis salam berkata, "Aku telah hidup
selama 70 tahun dalam kondisi sehat, maka bukankah perkara yang sedikit
karena Allah jika aku bersabar karena-Nya 70 tahun pula? (Tafsir Ibnu
Katsir : 5/360)
Disebutkan bahwa nabi Ayub sakit selama 7 tahun
atau 18 tahun –sebagaimana disebutkan dalam buku-buku tafsir-, maka bagi
beliau itu ringan dibandingkan kenikmatan kesehatan yang Allah telah
berikan kepadanya selama 70 tahun.
Demikianlah mengingat-ingat kenikmatan menjadikan musibah terasa lebih ringan. Wallahu A'lam bis-showab.
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 06-05-1436 H / 26-02-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
No comments:
Post a Comment