Sunday 8 November 2015

KISAH KAKEK PENJUAL ES DAWET

KISAH KAKEK PENJUAL ES DAWET
 
Dan penjual dawet itupun memikul dagangannya dengan bahu kanan. Dia berjalan perlahan melewati pinggiran jalan raya yang penuh dengan truk dan mobil berkecepatan tinggi. Dia tergesa-gesa mengejar adzan jum’at berkumandang. Tinggal seratus meter lagi menuju masjid. Lelaki tua itu, lelaki tak kenal lelah. Memasuki pelataran masjid. Membasuh tubuhnya dengan air wudhu dan sesekali meminum air itu. “daripada minum dawet, lebih baik aku minum air masjid ini”, begitu mungkin pikirnya.
Aku memandangnya dari jauh. Kulihat sesekali dia menoleh ke barang dagangannya. Takut ada yang mencuri mungkin. Maklumlah, modal yang dipakai pas-pasan. Jangan sampai dagangannya hilang atau rusak oleh ulah tangan jahil. Ketika adzan jum’at berkumandang. Dia memilih sholat di dekat dagangannya.
Kasihan engkau kakek. Di umur senjamu, engkau masih harus bekerja keras sendiri. Dimana anak cucumu kek?
Bahkan ketika sholat jum’at telah selesai. Sang kakek duduk di dekat dagangannya. Berharap ada satu atau dua jamaah yang menoleh dan membeli es dawetnya. Sayang beribu sayang. Mungkin jum’at ini bukan jum’at yang baik baginya. Tak satupun jamaah masjid membeli. Jangankan membeli, menolehpun tidak. Kakek itu hanya terpaku melihat satu per satu jamaah keluar dari halaman masjid.
Peluh mulai membasahi tubuhnya. Bayangan akan lembaran uang lenyap bersamaan dengan sepinya masjid itu….
Aku… yang sedari tadi duduk di halaman masjid, hanya diam tak bergerak. Kuamati sampai berapa lama sang kakek akan bertahan di pelataran masjid itu.
Masjid mulai sepi. Hampir semua jamaah telah pulang. Yang tersisa hanyalah takmir masjid dan beberapa pengurus masjid yang sibuk menghitung uang hasil infak para jamaah. Sang kakek menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ada lagi jamaah tersisa. Tinggal aku dan motor plat merahku. Akupun hanya terdiam. Ingin aku membeli es dawetnya. Tapi apa daya, satu-satunya uang sepuluh ribuan yang kubawa, telah kumasukkan ke dalam kotak infak masjid. Sementara pengurus masjid sibuk menghitung infak, sang kakek harus sibuk menggotong kembali barang dagangannya yang tak laku sama sekali.
Sang kakek, dengan tatapan tegar. Kembali berjalan. Dia keluar dari pelataran masjid menuju ke arah utara, arah dimana rumah dinasku berada.
Kupacu motorku cepat. Kudahului sang kakek, kutunggu dia di depan puskesmas.
Dua puluh menit berlalu dan dari kejauhan, sang kakek akhirnya nampak. Kupanggil dia keras-keras.
“Paaak!!! Paaakk!!!!”
Dan sang kakek pun mendekat. Dia bertanya, “mau beli dawet ta nak?”
“iya”, jawabku mantap.
“berapaan pak satu gelasnya?”
“seribu nak”, jawabnya jujur.
“Masya Allah!!!! Dawet segelas dijual cuman seharga seribu!!! Kapan balik modalnya coba!!!!”, batinku
“yasudah pak, sini masuk, saya mau beli”
Sang kakek berjalan mengikutiku masuk ke ruang rawat inap para pasien.
Singkat cerita. Aku membeli duapuluh gelas dawet untukku dan untuk para keluarga penunggu pasien.
Sang kakek melayani permintaanku dengan senyum mengembang di wajahnya. Kulihat gentong berisi air dawetnya mulai berkurang setengah. Masih sisa setengah lagi.
“sudah pak, berapa semuanya?”
“duapuluh ribu nak”, katanya berkaca-kaca.
“ini pak, bawa saja sisa kembaliannya”, kuserahkan lembaran limapuluh ribu ke tangan kakek itu.
Dan sang kakek bertanya, ‘lho berartisampeyan shodakoh ini ke saya?”
“apalah kek itu namanya, intinya kembaliannya aku kasih buat kakek….”
“ini namanya shodakoh nak. Matur nuwun nak.Kulo doakan semoga sampeyan lancar rejeki”
“amin ya Allah”, jawabku singkat.
Sang kakek pun kembali memikul dagangannya. Kali ini jalannya semakin cepat. Mungkin karena bahagia atau karena berat gentong dawetnya sudah berkurang setengah.
Tak terasa air mata merembes di pelupuk mataku.
***
Dan tahukah engkau teman. Keesokan harinya, uang limapuluh ribu itu, dikembalikan dengan cara yang sangat ajaib oleh Allah. Dia kembali ke tanganku bukan lagi sebesar limapuluh ribu, melainkan satu juta. Rejeki yang sangat tidak aku perhitungkan bakal kudapat minggu ini. Dan berkat itu, aku bisa menabung 2,5 juta untuk minggu ini. Sejuta lebih banyak dibanding minggu2 sebelumnya.
Kakek….
Terimakasih atas doamu…
Sebenarnya bukan aku, melainkan engkau, yang memberi shodakoh.
Doamu, adalah pembuka pintu rejeki untukku.
Terimakasih banyak, kek….

AYO HUJAN-HUJANAN

AYO HUJAN-HUJANAN :.
 
Saya mengajak siapapun. Pasti yang paling senang anak-anak kita. Ayo nak, hujan-hujanan....
Hal ‘sepele’ ini perlu dibahas karena anak-anak pasti senang hujan-hujanan. Sementara para orangtua hari ini cenderung berkata: jangan, nanti sakit, nanti masuk angin, nanti demam, nanti pilek, dst...
Apakah itu konsep parenting yang benar?
Dengarkan kisah Anas bin Malik radhiallahu anhu berikut ini:
قَالَ أَنَسٌ: أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى»
Anas berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kehujanan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya: Ya Rasulullah, mengapa kau lakukan ini?
Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Tuhannya ta’ala.” (HR. Muslim)
An Nawawi menjelaskan hadits ini,
“Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan Allah ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat-, agar terkena hujan.” (Al Minhaj)
Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan. Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata: Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan. Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata: Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan juga bejana.
Abul Abbas Al Qurthubi juga menjelaskan,
“Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena Allah ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits: penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)
Bahkan para ulama; Al Bukhari dalam Shahihnya dan Al Adab Al Mufrod, Muslim dalam Shahihnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan.
Apa masih ada yang sangsi bahwa hujan-hujanan dianjurkan...?
Mengapa kita menuduh hujan yang berkah sebagai sumber malapetaka??
Kita sebagai orangtua tentu bisa mengamati kebugaran anak kita hari itu. Saat hujan turun. Kalau mereka tidak terlalu bugar kita bisa melarangnya. Tetapi kalau mereka sedang sehat dan bugar, mengapa kita larang. Tak usah khawatir. Hujan adalah keberkahan. Adalah kesucian. Hujan adalah pengirim ketenangan. Hujan bahkan penghilang kotornya gangguan syetan.
Selesai hujan-hujanan, silakan disuruh mandi, mengguyur kepalanya, minum madu, habbatus sauda’ dan lainnya. Agar kekhawatiran itu pergi. Dan keberkahan lah yang telah mengguyur kepala dan sekujur badan mereka.
Sudah siap?
Ayo...hujan hujanan

RAHASIA BESAR SEORANG AYAH

RAHASIA BESAR SEORANG AYAH YANG TIDAK DIKETAHUI SEORANG ANAK, BAHKAN SETIAP ANAK DI DUNIA.
 
Mungkin ibu lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku?
Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.
Saat aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu.
Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?
Karena bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku di ruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, ”dimana, dan sedang apa aku diluar sana.”
Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Di saat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati – hati mengizinkannya.
Dan akhirnya, saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu,
tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat di namamu …
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu …
Nak..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat, tapi tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya …
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu…
Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..
Bunda hanya ingin kau tahu nak..
bahwa…
Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..
Kalupun dia pernah salah terhadap bunda tp dia tak pernah ingin melakukan kesalahan terhadap kamu..
Anakku…
Jadi di dirinya juga terdapat surga buat bundamu dan bagimu…
maka datangilah, peluklah serta berikan senyum buat ayahmu serta hormati dan sayangi ayahmu sebelum kamu menyesal krn begitu dia sudah pergi unt selamanya baru kamu tersadar..

PENAKLUK TERHEBAT DI DUNIA

PENAKLUK TERHEBAT DI DUNIA
 
Sahabatku...
Sangatlah menarik ketika kita melihat kepada seorang laki-laki dengan segala kebesarannya, laki-laki yang berjalan tegak dan gagah, badannya yang kokoh ditopang dengan otot-otot yang besar, pandangan yang tajam bak seorang seorang panglima akan menebas leher musuhnya, bibir dan lidahnya yang bersuara lantang seakan-akan siap menerkam mangsanya, tetapi....
Tatkala berjumpa dengan pujaan hatinya, melemahlah badannya, seakan-akan sendi-sendi terlepas dari seluruh tubuhnya, pandangan yang tajam bagaikan panglima, berubah menjadi pandangan penuh kasih sayang, bibir dan lisannyapun seakan terganjal, sehingga susah untuk berbicara, Maka benarlah apa yang disabdakan Nabi kita Shalallahu'alaihi wa sallam,
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ
“Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menghilangkankan akal laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” (HR. Bukhori)
Maka benarlah bahwasannya sekuat apapun laki-laki, secerdas apapun mereka, sehebebat apapun mereka, pasti mereka semua bisa ditaklukkan oleh seorang wanita.
Maka telah benarlah apa yang direncanakan kaum kafir, untuk merusak umat Islam, mereka rusak terlebih dahulu para wanitanya maka akan rusaklah semua umat ini.
Sehingga ada diantara mereka yang berkata, "untuk menghancurkan umat Islam maka satu wanita ditemani dengan miras, lebih efektif dan efisien dari pada menggunakan 1000 meriam".
Wallohu musta'an...
Maka wahai para sahabatku,
Jagalah keluarga kita, istri-istri kita, anak-anak kita dari makar musuh-musuh agama ini.
Semoga bermanfaat
====================
Grup WA Kajian Islam Ilmiah,

Tuesday 20 October 2015

UMMU KHOLID

UMMU KHOLID
(seorang wanita perkasa)
 
Hari itu Nasibah tengah berada di dapur. Suaminya,Said tengah beristirahat di kamar tidur.Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung
batu yang runtuh. Nasibah menebak, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.
Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar.Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya.''wahai Suamiku''
''aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah
menyerang.
''Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu,tapi Malah istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda,
Nasibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.''Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang
sebelum menang….''
Said memandang wajah istrinya. Setelah
mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara.
Said langsung terjun ke tengah medan
pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja.
Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan umynya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang
nampaknya sangat gugup.
''umy, salam dari Rasulullah,''
berkata si penunggang kuda,''Suami umy, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid…''Nasibah tertunduk sebentar, ''Inna lillahi wainna ilaihi roziuun.''gumamnya,''Suamiku telah menang perang.Terima kasih, ya Allah.
Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah memanggil Amar.
Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan,''Amar, kaulihat Ibu menangis..? Ini bukan air mata
sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan bagi para pejuang Nabi.
Maukah engkau melihat umy mu bahagia..?''Amar mengangguk.
Hatinya berdebar-debar.
''Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terbasmi.
''Mata amar bersinar-sinar.''Terima kasih, umy, Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi, Aku was-was seandainya umy tidak memberi kesempatankepadaku untuk membela agama Allah.
Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya.
Di depan Rasulullah,ia memperkenalkan diri.''Ya Rasulullah,aku Amar bin Said.
Aku datang untuk menggantikan ayah
yang telah gugur.''Rasulullah dengan terharu memeluk anak muda itu.
''Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar..! Allah memberkatimu.''
Hari itu pertempuran berlalu cepat.
Pertumpahan darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang utusan pasukan islam berangkat dari perkemahan mereka meunuju ke rumah Nasibah.
Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita,''Ada kabar apakah gerangan kiranya..?''serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya,
''apakah anakku gugur..?''
Utusan itu menunduk sedih,''Betul.''
''Inna lillahi wainna ilaihi roziun.''
Nasibah bergumam kecil.,Ia menangis.
''Kau berduka, ya Ummu Amar..?''
Nasibah menggeleng kecil. ''Tidak, aku gembira.Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan..?
Saad masih kanak-kanak.''
Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping umynya menyela,''umy,
jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang ayah yang
gagah berani.''Nasibah terperanjat.
Ia memandangi putranya.
''Kau tidak takut, nak..?'' Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin.Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu. Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya.
Saad tersungkur mencium bumi dan
menyerukan, ''Allahu akbar..!'' Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu,Nasibah meremang bulu kuduknya.''Hai utusan,''ujarnya,
''Kausaksikan sendiri aku sudah tidak
punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.''
Sang utusan mengerutkan keningnya.
Tapi engkau perempuan, ya umy.''
Nasibah tersinggung,''Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad..?''
Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada. Tiba di sana,
Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum.
''Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah
tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.''
Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah pun segera menenteng tas
obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka
dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya.
Ia menegok, Kepala seorang tentara
Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir. Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini.
Apalagi waktu di lihatnya Nabi
terjatuh dari kudanya akibat keningnya
terserempet anak panah musuh, Nasibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu, Dinaiki kudanya. Lantas bagai singa betina, ia mengamuk.
Musuh banyak yang terbirit-birit
menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya.
Ia terjatuh terinjak-injak kuda.
Peperangan terus saja berjalan, Medan
pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas'ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu
melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya.
Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas'ud mengenalinya,''
Istri Said-kah engkau..?''
Nasibah samar-samar memperhatikan
penolongnya. Lalu bertanya,
''bagaimana dengan Rasulullah..? Selamatkah beliau..?''
''Beliau tidak kurang suatu apapun.''
''Engkau Ibnu Mas'ud, bukan..?
Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku''
''Engkau masih luka parah, Nasibah.''
''Engkau mau menghalangi aku membela
Rasulullah.,?''
Terpaksa Ibnu Mas'ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang
dijungkir balika nnya. Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus.
Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir.
Darahnya membasahi tanah yang
dicintainya.Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasullullah kemudian berkata kepada para sahabatnya, ''Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan..?
Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya.Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah, wanita yang perkasa.
Subhanallah. Semoga kita di beri kekuatan oleh allah untuk bisa mencontoh ummu Nasibah.
Aamiin..

Monday 19 October 2015

MELAWAN LUPA

MELAWAN LUPA
 
Allah berfirman :
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya" (QS Al-'Adiyaat : 6)
Al-Hasan rahimahullah berkata :
هُوَ الَّذِي يَعُدُّ الْمَصَائِبَ، وَيَنْسَى نِعَمَ رَبِّهِ.
Yaitu orang yang menghitung-hitung musibah (yang sedikit-pen) dan melupakan kenikmatan-kenikmatan Robnya (yg telah banyak diberikan kepadanya-pen) (Tafsir Ibnu Katsir 8/467)
Akan terlihat hakikat kita sesungguhnya tatkala kita ditimpa musibah, apakah kita termasuk كَنُوْد (ingkar) ? Atau termasuk sabar (yang tidak lupa dengan karunia-karunia Allah sehingga menjadikan kita lebih sabar dalam menerima keputusan Allah)?
Musibah yang menimpa kita hanyalah sesekali, sementara kenikmatan terus tercurah kepada kita tiada hentinya dengan berbagai macam modelnya. Namun demikianlah karena kurang kuatnya iman sebagian kita sehingga tatkala terkena musibah yang diingat-ingat hanyalah beratnya musibah tersebut, sementara anugerah dan karunia Allah terlupakan…
Contoh kecil :
- Ada yang mobilnya mogok, maka iapun mengeluh sejadi-jadinya, ia lupa bahwa mobilnya mogok hanya sekali-sekali, selama ini sekian ribu kilo meter mobilnya jalan dengan baik tanpa halangan.
- Ada yang uangnya hilang, iapun marah dan mengeluh, padahal selama ini uang yang Allah berikan kepadanya tidak pernah hilang, namun ini semua terlupakan, yang diingat hanya uangnya yang hilang tersebut.
- Ada yang tubuhnya sakit, lalu iapun mengeluh dan tidak sabar, padahal puluhan tahun Allah menjadikan tubuhnya sehat, lantas apakah sakit yang sebentar tersebut membuatnya lupa dengan kesehatan puluhan tahun lamanya?
- Ada yang mengalami kegagalan, maka iapun marah, padahal kegagalan tersebut hanya sesekali, dan bisa jadi sekali saja. Sementara kemudahan dan keberhasilan sudah sering ia raih, namun terlupakan karena kegagalan tersebut.
- Yang lebih berat, adalah ada yang anaknya meninggal karena sakit atau sebab yang lainnya. Maka iapun meronta dan menangis sejadi-jadinya dengan mengangkat suara, seakan-akan protes dengan keputusan Allah. Ia lupa bahwasanya Allah telah banyak memberikan kepadanya banyak anak, dan yang lainnya dalam kondisi sehat wal afiyat.
Jika kita terkena musibah maka berusahalah mengingat kebaikan-kebaikan Allah kepada kita, sehingga hal ini akan meringankan beban musibah kita dan kita tetap berhusnuzon (berbaik sangka) kepada Allah.
As-Suddiy rahimahullah berkata :
تَسَاقَطَ لَحْمُ أَيُّوْبَ حَتَّى لَمْ يَبْقَ إِلاَّ الْعَصبُ وَالْعِظَامُ، فَكَانَتْ امْرَأَتُهُ تَقُوْمُ عَلَيْهِ وَتَأْتِيْهِ بِالزَّادِ يَكُوْنُ فِيْهِ، فَقَالَتْ لَهُ امْرَأَتُهُ لَمَّا طَالَ وَجْعُهُ: يَا أَيُّوْبُ، لَوْ دَعَوْتَ رَبَّكَ يُفَرِّجُ عَنْكَ؟ فَقَالَ: قَدْ عِشْتُ سَبْعِيْنَ سَنَةً صَحِيْحًا، فَهَلْ قَلِيْلٌ للهِ أَنْ أَصْبِرَ لَهُ سَبْعين سنة؟
"Daging nabi Ayub berjatuhan (karena sakit parah) maka tidak tersisa di tubuhnya kecuali urat dan tulang. Istrinya mengurusnya dan membawakan makanan diletakan di sisi nabi Ayub. Maka istrinya berkata tatkala lama sakitnya nabi Ayub : "Wahai Ayub, kenapa engkau tidak berdoa kepada Robmu untuk menghilangkan sakitmu?" Maka nabi Ayub 'alaihis salam berkata, "Aku telah hidup selama 70 tahun dalam kondisi sehat, maka bukankah perkara yang sedikit karena Allah jika aku bersabar karena-Nya 70 tahun pula? (Tafsir Ibnu Katsir : 5/360)
Disebutkan bahwa nabi Ayub sakit selama 7 tahun atau 18 tahun –sebagaimana disebutkan dalam buku-buku tafsir-, maka bagi beliau itu ringan dibandingkan kenikmatan kesehatan yang Allah telah berikan kepadanya selama 70 tahun.
Demikianlah mengingat-ingat kenikmatan menjadikan musibah terasa lebih ringan. Wallahu A'lam bis-showab.
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 06-05-1436 H / 26-02-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja

Saturday 17 October 2015

"KENAPA SUAMI HARUS LEBIH SABAR KEPADA ISTRI?"

"KENAPA SUAMI HARUS LEBIH SABAR
KEPADA ISTRI?"

Bangun tidur langsung masak nyiapin
makan untuk anak dan suami.. yang
ngerjain Istri
Mencuci piring nyuci baju.. yang
ngerjain Istri
Mengantar anak sekolah.. yang
nganterin Istri
Menyapu, mengepel.. yang ngerjain
Istri
Mengajari anak belajar.. yang ngajari
Istri
Belanja kebutuhan rumah tangga..
yang berangkat Istri
Begadang nungguin anak rewel krn
lagi sakit.. Yang jagain Istri
Melayani suami dengan baik..
Kewajiban istri
Lalu suami ngapain? biasanya lelaki
akan bilang "aku kan kerja cari uang
buat kamu juga to? emang kalau aku
ga kerja pada mau makan apa?" sudah
gitu aja seperti sudah selesai semua
urusan suami. Padahal bekerja cari
nafkah itu memanglah sudah jadi
tugas dan kewajiban suami, kalau ga
mau kerja cari nafkah ya jangan
berani-beraninya nikah dan punya
anak.
Bekerja itu wajib bagi seorang kepala
rumah tangga, tapi pekerjaan
mengepel, mencuci, setrika, mengajari
anak, itu semua bukanlah kewajiban
Istri melainkan tugas bersama yang
tidak seharusnya dibebankan kepada
istri saja.
Walaupun saya yakin banyak suami-
suami hebat diluaran sana yg tak
canggung membantu istri nyuci,
setrika bahkan ngepel. Tapi saya
yakin juga masih byk suami yg
membebankan itu semua pd istri
seorang diri lantaran dia merasa
kewajibannya hanya bekerja dan
mencarikan uang utk makan dan
keperluan rumah tangganya saja.
Anehnya disaat sedang luang
waktunya, si suami bukannya
membantu istri dan mengajak bermain
anak tapi justru malah sibuk dan
asyikdengan dunianya sendiri ya
malah pergi mancinglah, mainan
burunglah, sibuk touringlah, ya
nongkronglah, sementara urusan
pekerjaan rumah semua diserahkan pd
istri.
Ingat istri itu pendamping dan
pelengkap hidup suami bukan
pembantu suami. Pendamping itu
pekerjaanya mendampingi di kala
susah dan senang. Melengkapi itu jika
suami msh banyak kekurangan istri
bisa hadir utk menutup
kekurangannya. Begitu pula dalam
urusan pekerjaan dalam rumah tangga
keduanya saling berbagi dan bekerja
sama utk menyelesaikannya.
Itulah sebabnya suami harus lebih
bersabar terhadap istri apa lagi jika
suami belum bisa fokus membantu
pekerjaan istri di rumah. Bisa kita
bayangkan bagi seorang Istri bahkan
utk mengurus keperluannya sendiri
saja sudah tidak ada waktu krn lbh
mendahulukan anak dan suami.
Bagaimana mungkin suami menuntut
istri yang sempurna jika sang suami
sendiri tidak pernah mensupport dan
membantu Istrinya.