Saturday 12 September 2015

Meyakini (Namun) Tak Mengamalkan

Meyakini (Namun) Tak Mengamalkan 

Firman Allah سبحانه وتعالى;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yg beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”
| QS. Al Baqarah: 183
Kata Ibnu Mas'ud رضي الله عنه;
“Jika kalian mendengar atau membaca ayat Al-Qur’an yg diawali dengan seruan ‘wahai orang-orang yang beriman‘,
maka perhatikanlah dengan seksama; karena setelah seruan itu tidak lain adalah sebuah kebaikan yg Allah perintahkan atau sebuah keburukan yg Allah larang.”
Ibnu Katsir رحمه الله menjelaskan;
“Firman Allah ini ditujukan kepada orang-orang yg beriman dari umat manusia & ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa."
Dari ayat ini kita melihat dengan jelas adanya kaitan antara puasa dengan keimanan seseorang. Allah memerintahkan puasa kepada orang-orang yg memiliki iman,
Dengan demikian Allah pun hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di dalamnya.
Dan puasa juga merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang.
“Telah menjadi ijma` (konsensus) di kalangan para sahabat Nabi dan para tabi`in sesudah mereka serta para ulama yang telah saya temui,
Semuanya berkata: Sesungguhnya iman itu perkataan & amal perilaku, di mana salah satunya tidak cukup jika tidak ada yang lainnya."
| Imam asy-Syafi'i رحمه الله
Jadi, bukan orang beriman jika hanya mengatakan puasa itu wajib, namun tak mengamalkan.
Buka juga beriman jika hanya mengamalkan, namun tak meyakini wajibnya pensyariatan puasa (Hanya ikut-ikutan puasa).
Maka yg akan menggapai derajat taqwa adalah mereka yg berpuasa dengan keimanannya.
وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

No comments:

Post a Comment